Jumat, 24 September 2010

Wacanakan Kemenangan Itu

Kita memang gagal dalam pemilukada kemarin, paket Perpaduan (Anton Bagul dan H. Asis) berada pada urutan ketiga, dari delapan paket yang berkompetesi. Ia adalah paket perpaduan dua komunitas besar di Manggarai Barat, Islam dan Katolik, daerah pesisir kepulauan dan daratan pedalaman. Itulah kompetesi, ada yang keluar sebagai pemenang, dan ada juga yang kalah dalam pertarungan. Justru yang salah adalah ketika kita terus terlarut dalam kesedihan kekalahan. Atau mungkin yang paling parah, di saat kita kalah malah di hujat, di caci dan di maki. Idealnya memang adalah kita harus bangkit dari tidur panjang kekalahan kita. Kita harus bergerak dan berpikir cepat, melebihi usia kita.

Kemenangan nampaknya sudah ada di depan mata, takdir kemenangan itu rasa-rasanya sudah dekat dengan kita. Dan kemenangan itu akan berpihak kepada kita, manakala kita mampu merekayasa kemenangan itu. Merekayasa kemenagan dengan segera melakukan konsolidasi kembali kekuatan kita, merapatkan kembali shaf-shaf kemenangan kita, serta mengerahkan semua segala potensi dan sumber daya kita, hanya untuk satu kata “kemenagan”.Wacanakan kemenangan itu. ikat wacana itu dengan menuliskanya, kuatkan wacana itu mendiskusikanya. Biarkan ia mengalir deras bak gelombang di tengah lautan lepas. Sehingga kelak, waktulah yang akan menjawabnya, dan waktu pulalah yang akan mengabarkan kepada kita bahwa, kemenagan memang jatuh dalam dekapn kita.

Senin, 20 September 2010

Anton Bagul dan H. Asis Peletak Dasat Paket Perpaduan MABAR

Oleh : Sumardi, S.Pd
Ketua Bidang Dakwah dan Kaderisasi
DPD PKS Manggarai Barat

Itu hanya eksperimen politik. Atau mungkin yang sedikit lebih ekstrim, mereka terlalu berani untuk mengusung paket perpaduan. Atau mungkin mereka bicara, bahwa figur Muslim yang di usung, belum merupakan represntatif perwakilan umat Islam. H. Abdul Asis belum di kenal banyak kalangan , atau sumber daya H. Abdul Asis, masih standar di bawah rata-rata. Atau bisa saja mereka mengatakan, Anton Bagul salah memilih orang, atau juga sebaliknya, Anton Bagul lah penyebab kekalahan itu, karena ia adalah tokoh yang banyak cacatnya. Sedertan ungkapan ini menjadi wacana public, ketika Paket DAMAI gagal melaju ke tahta kekuasaan pada pemilukada kemarin.

Namun, ceritanya mungkin berbeda, ketika paket DAMAI, mendapatkan legitimasi rakyat, untuk duduk di tampuk kekuasaan. Orang-orang mungkin berkata, memang sekaranglah saatnya kita memimpin, sekaranglah saat yang tepat bagi kader Muslim untuk menjadi bagian dari pengambil kebijakan dalam pembangunan Manggarai Barat. Atau sekaranglah saatnya, daerah ini di pimpin oleh dua komunitas besar, Islam dan Katolik, pesisir kepulauan dan daratan pedalaman.

Itulah logika politik kekuasaan, ketika ia menang dalam bertarung, ia di puji dan di hargai. Ia di agung-agungkan dan di hormati. Tapi, ketika ia kalah dalam komptesi, ia di hujat dan di marginalkan. Paket DAMAI memang sudah kalah, tapi satu hal pasti bahwa, secara psikologis, nilai tawar umat islam, sudah mulai di bangun dan di perhitungkan di mata politisi-politisi lain. Politisi-politisi lain akan berpikir panjang dalam kompetesi 2015 mendatang.

Setidaknya Paket DAMAI sudah meletakkan fondasi perpaduan, perpaduan antara dua komunitas besar Islam dan katolik. H. Abdul Asis, telah menancapkan akar bangunan sejarah perpolitikan Islam Manggarai Barat. Ia sudah menunaikan tugas-tugas sejarahnya, dialah peletak dasar paket perpaduan di Manggarai Barat. Dan ia akan tetap terrekam dan di catat sejarah, sebagai orang yang berani tampil sebagai aktor sejarah. Lalu bagaimana dengan kita ?

Minggu, 19 September 2010

Umat Islam MABAR Menanti Janji Gusti Dulla

Gusti Dula sudah di lantik. Ia adalah Bupati yang di kehendaki rakyat Manggarai Barat. Kemenangan yang di dapat, tentu melalui proses yang amat panjang dan tentu melelahkan. Panjang dan melelahkan, karena menguras semua energy berpikir, untuk mensiasati kemenangan. Merekayasa kemenangan itu, juga tidak hanya mengerahkan energy berpikir, tapi ia juga membutuhkan financial yang kaut, sebagai dinamisator untuk memobilisasi dukungan massa. Ya, tepatnya mengerahkan semua petensi dan sumber daya.

Terlepas dari semua itu, takdir kemenangan nampaknya memang ada di tangan Gusti Dula . Gusti telah memulai pekerjaan sejarahnya, ia telah mulai menancapkan kerangka sejarahnya, dan menciptakan peristiwa-peristiwa sejarah kepemimpinanya. Tapi satu hal yang perlu kita ingat bersama, bahwa kemenangan Gusti tidak terlepas dari dukungan tokoh-tokoh Islam, bahkan kalau sedikit kita angkat kepala, umat Islam merupakan penentu kemenangan Gusti. Argumentasi ini rasanya cukup kuat, jika kita melihat basis-basis kemenangan Gusti. Hampir di semua basis-basis muslim, perolehan suara paket Gusti cukup signifikan.

Meski secara politik partai-partai Islam tidak mendukung paket Gusti.Tapi suara umat Islam, juga terbilang luar biasa memilih Gusti. Gusti Dula nampaknya tokoh yang teramat fenomenal. Fenomenal karena memang kepribadiannya sangat integratif. Keterpaduan santun dan rendah hati membuatnya di senangi banyak orang. Di senangi kawan, di segani lawan. Dalam mendukung Gusti, tentu ada komitmen-komitmen yang di bangun antar tokoh-tokoh Islam dengannya. Komitmen-komitmen itu, setidaknya dalam membangun Manggarai Barat lima tahun kedepan, Gusti memperhatikan kepentingan umat Islam, dengan mengedepankan asas keadilan dan pemerataan dalam kebijakan pembangunan. Tidak hanya itu, komitmen-komitmen yang di bangun, setidaknya satu atau dua orang SKPD di pimpin oleh kader Islam.

Saya, dan mungkin kita semua mendegar bahwa, salah satu entry point komitmen itu, adalah Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan di pimpin oleh kader Islam. Dan untuk itu, umat Islam sudah mempersiapkan kadernya yang cukup potensial. Ia adalah kader umat yang terbaik. Latar belakang pengetahuan dan disiplin ilmunya, memperkuat bargainingnya. Keterpaduan pengelaman birokrasi dan emepiris, membuatnya tepat dan layak untuk menduduki jabatan Kadis Perikanan dan Kelautan. Dan memang selayaknya orang Islam, harus di urus oleh orang Islam. Karena yang mengetahui kondisi ril keberadaan umat Islam, hanya sesama Islam. Mengurus Perikanan dan Kelautan, sama halnya dengan mengurus Islam. Karena memang hampir semua nelayan yang ada di Manggarai Barat, adalah orang Islam. Dan kader potensial itu adalah Ir. Abdurahman, M.Si.

Kabinet Gusti memang belum terbentuk, saya dan semua kita tentu berharap bahwa, cabinet yang akan terbentuk nantinya, ada deretan nama-nama kader Islam potensial yang duduk di birokrasi pemerintahan Gusti. Dan satu lagi, nama Abdurrahman adalah salah satu dari deretan nama tersebut, dalam posisinya sebagai kepala Dinas Perikanan dan Kelautan. Sekali lagi, kini Gusti sudah di lantik. Dan kita, menanti janji-janji dan komitmen-komitemennya.