Jumat, 16 Juli 2010

Islam dan Manggarai Barat

“Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan pada suatu kaum, maka tidak yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Allah (Q.S. ar-Ra’d : 11)

Kutipan ayat di atas adalah petunjuk wahyu dan merupakan warning dari Allah, yang di tunjukkan kepada umat Manusia, bahwa perubahan-perubahan besar yang sudah, sedang dan tengah kita upayakan tidak akan nampak dan kelihatan, manakala produktfitas kinerja kita, tidak menunjukkan adanya perubahan. Perubahan-perubahan besar yang menjadi cita-cita kita semua akan dapat terwujud manakala kita monorehkan karya-karya besar, kinerja-kinerja besar untuk sebuah perubahan-perubahan besar pula.

Islam dan Manggarai Barat adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, keduanya merupakan dua sisi mata uang yang memang saling membutuhkan dan saling melengkapi. Islam adalah sistem serta prinsip hidup bagi umat Islam. Islam adalah aqidah dan ibadah, jihad dan politik, system hukum dan perundang-undangan. Sedangkan Manggarai Barat adalah tempat kita berpijak untuk melakukan berbagai aktivitas guna menunjang pengabdian kita kepada sang khaliq. Manggarai Barat adalah ladang amal untuk mengejewantahkan secara operasioanal seluruh ajaran Islam dalam bentuk ibadah. Dan ibadah itu sendiri adalah puncak ketundukan dan kepatuhan kita kepada Allah.

Kini, umat Islam Manggarai Barat dihadapkan banyak persoalan. Dan persoalan ini jika terus dibiarkan, ia akan menjadi kronis, dan kalau sudah mencapai puncaknya, maka cukup sulit dicarikan solusinya. kita akan segera beranjak dari lilitan persoalan itu, manakala kita saling bahu-membahu, kita bergandengan tangan, dengan meneriakan satu kata “persatuan ummat”. Dan persatuan ummat ini akan dapat terrealisasi, jika kita memiliki cara pandang yang sama, cara sikap yang sama dalam memandang berbagai persoalan umat. Kita tidak akan pernah keluar dari kungkungan persoalan, manakala semangat kebersamaan tidak pernah kita pupuk dan ditumbuh-suburkan, serta semangat persaudaraan tidak pernah kita bina.

Jika dalam jiwa dan hati kita, tertanam rasa persaudaraan yang di bangun diatas landansan aqidah yang benar. Jika kita memiliki cara pandang yang sama untuk memecahakan batu besar persoalan yang menimpa umat Islam Manggarai Barat. Dan jika kita sudah keluar dari ego pribadi, serta mencoba keluar, dan lari menuju lapangan dengan memekikkan kata “persatuan umat”. Maka, langkah selanjutnya adalah, kita juga harus menyiapkan sumber daya yang mumpuni. Sebab, kalau semangat kebersamaan saja yang kita bangun, sementara kita tidak memiliki kader potensial yang merupakan representative ke-inetelektualan umat, untuk memperjuangkan aspirasi umat, maka perjuangan kita akan pincang dan sudah barang tentu pengorbanan kita untuk menyatukan cara pandang umat Islam akan sia-sia.

Adanya ketimpangan pembangunan yang terjadi didaerah ini, merupakan isyarat belum adanya keterwakilan umat Islam yang benar-benar representative yang mampu mengawal kebijakan agar berpihak kepada kepentingan umat. Sudah saatnya kita berkaca pada realita, sudah saatnya kita merapatkan shaf merapikan barisan guna merumuskan langkah-langkah strategis, dalam rangka mencari solusi yang konstruktif atas berbagai persoalan yang melilit Umat Islam Manggarai Barat. Dan bukankah Allah telah mengisyaratkan kepada kita bahwa persatuan umat adalah kemestian yang harus terus kita jaga. Dan berpegang teguhlah kamu kepada tali Agama Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai (Q.S. al-Imran : 10)

Oleh : Sumardi, S.pd
Ketua Bidang Dakwah dan Kaderisasi
DPD PKS Manggarai Barat

Modal Dakwah di Daerah Minoritas

Ada begitu banyak hasrat terlintas dan yang berkecamuk dalam alam pikiran, ada begitu banyak harapan kemauan yang terbentang didepan mata. Sebuah harapan yang maha dahsyat, akan perubahan yang di harapkan. Perubhan yang didambakan tentu adanya perubahan cara berpikir dalam memandang dakwah, perubahan cara berpikir dalam menganalisa, merencanakan serta merealisasikan agenda-agenda kerja dakwah, serta menata dan mendesain organisasi yang lebih professional. Tapi, perubahan besar yang diharpakan dan menjadi dambaan semua kader dakwah adalah, adanya perubahan dan penguatan ruhiyah, adanya peningkatan iman untuk terus mendekatkan diri kepada sang khaliq.

Energi Ruhiyah dan Energi Fikriyah merupakan hal asasi yang harus dan di miliki kader dakwah, untuk mengkomunikasikan dengan hikmah nilai-nilai kebenaran Islam, guna memahamkan kebenaran-kebenaran ajaran yang di sampaikan Rasulullah, dalam kerangka membentuk kepribadian muslim dengan mengoptimalkan segala potensi yang di miliki untuk kepentingan Islam.

Harapan-harapan besar ini akan dapat terwujud dan terrealisasi, manakala tradisi-tradisi syuro dan Tarbiyah yang di bangun dalam organisasi dakwah harus hidup, harus terus ditumbuh suburkan, harus terus di rawat dan di jaga dengan mengedepankan asas ukhuwah Islamiyah. Tantangan dakwah yang kita hadapi di Manggarai Barat tentu tidak mudah, selain kondisi geografis yang sangat menantang, kita juga di hadapkan pada pemahaman masyarakat yang masih minim terhadap Islam. Dan pada saat yang sama, tantangan yang kita hadapi juga, adalah tidak terkonsentrasinya umat Islam pada satu tempat dan satu titik, tapi mereka menyebar ke pelosok-pelosok.

Kondisi geografis yang luas dan terpencarnya masyarakat Muslim, menyebabkan kekuatan jasadiyah atau sehat jasmani juga mutlak di butuhkan bagi kader dakwah di daerah minoritas. Naik turun gunung, menerobos hutan rimba raya, lembah lereng kita lewati, dengan kondisi infrastruktur jalan yang rusak parah tentu membutuhkan fisik yang kuat. Kondisi ini membuat kita harus terus menguras energi energy iman, energy berpikir, dan energy fisik dalam mendesain dan merealisasikan dakwah yang dapat menyentuh lerung hati masyarakat.

Oleh : Sumardi, S.Pd
Ketua Bidang Dakwah dan Kaderisasi
DPD PKS Manggarai Barat

Kamis, 01 Juli 2010

Keterbukaan PKS Perspektif Manggarai Barat

Gelombang keterbukaan itu sudah mulai pecah, tabir-tabir penghalang keterbukaan sudah mulai kelihatan dan nampak. Beduk keterbukaan itu sudah mulai di tabuh. Asumsi-asmsi inclusive terhadap (harokah Islamiyah) gerakan Islam yang berbasis politik, sudah agak mulai runtuh. Gelombang keterbukaan begitu mengalir deras, seolah pandangan negative para pengamat terhadap gerakan Islam, yang menjadikan politik sebagai salah satu alat perjuangannya, nampaknya tidak memiliki nilai bobot yang maksimum.

Rekomendasi MUNAS II PKS yang menjadikan partai anak-anak muda, menjadi partai terbuka, seolah memberikan angin sejuk bagi masyarakat luas, untuk bisa bergabung dan berjuang bersama PKS. Nampaknya signal keterbukaan itu, meruntuhkan pola kaderisasi PKS yang selama ini berjalan cukup sistematis. Di sisi lain cukup kesulitan bagi kader-kader PKS, untuk membahasakan kembali kata “keterbukaan” tersebut kepada masyarakat umum. Pandangan ini tentu, cukup dilematis bagi kader-kader PKS di NTT, khusunya Manggarai Barat. Karena selama ini, sebelum biola keterbukaan itu di petik, ada begitu banyak masyarakat yang antre untuk ingin menjadi caleg dan pengurus PKS di Manggarai Barat, dengan tanpa melalui proses kaderisasi yang memadai.

Signal keterbukaan itu, tidak hanya memberikan berkah bagi masyarakat luas, akan tetapi signal itu juga dapat di tangkap oleh kalangan non muslim. Hasrat kemauannya untuk bergabung dengan PKS, selama ini mungkin terhambat, karena memang keran itu belum di buka. Namun demikian, kini bola keterbukaan sudah di depan mereka. Ingin rasanya mereka memiliki dan menggiring bersama-sama bola keterbukaan itu.

Ketertarikan mereka terhadap PKS, mungkin saja Partai Dakwah ini cukup bersih dari korupsi, lebih peduli terhadap persoalan masyarakat, karena memang itulah yang di contohkan para politisi PKS. Keinginan masyarakat umum dan kalangan non muslim tersebut, tentu saja kita menyambutnya dengan baik, karena itu adalah indicator bahwa PKS sudah dapat diterima masyarakat luas. Tetapi pada saat yang sama, ada semacam kegelisahan berpikir bagi kader-kader PKS yang sudah lama membangun dan membesarkan partai. Kegelisahan ini semestinya, harus di jawab dengan kompetensi multi talenta oleh kader-kader PKS.

Tidak hanya berhenti disitu, kepiawaian membahasakan kembali kata “keterbukaan” kepada masyarakat luas harus di miliki oleh mereka yang mengaku kader-kader PKS. Idealnya memang adalah, PKS harus mampu menyiapkan instrument untuk memberikan batasan-batasan keterbukaan, kepada masyarakat umum dan kalangan non muslim, yang mau dan berkeinginan bergabung dengan PKS. Kalau ini tidak dilakukan, bisa saja terjadi benturan-benturan pemahaman akan terjadi, dan benturan-benturan itu akan berimbas besar terhadap eksistensi PKS di Manggarai Barat.


Oleh : Sumardi
Ketua Bidang Dakwah dan Kaderisasi
DPD PKS Manggarai Barat